Liputan6.com, Jakarta Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil resmi bergabung ke Partai Golkar meski demikian, PDIP enggan mengomentarinya.
"PDIP itu kalau ada tokoh gabung ke partai itu hak tokoh tersebut, kan begitu lho. Kalau saya komentari pergabungan itu berarti komentari rumah tangga orang, rumah tangga Golkar," kata Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PDIP Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul, Kamis (19/1/2023).
Baca Juga
Dia mengungkapkan, tiap warga negara berhak untuk memilih bergabung ke parpol manapun, termasuk Ridwan Kamil.
Advertisement
"Bahwa dulu RK juga bareng sama NasDem ya monggo, sekarang mau bareng sama Golkar, ya monggo kan begitu. Jadi tidak usah kita komentari rumah tangga orang," ungkap Bambang Pacul.
Dia mengingatkan, akan berkomentar apabila berkaitan dengan hukum sebab memang tupoksinya sebagai Ketua Komisi III DPR.
"Kecuali kalau ada kebijakan publik yang menggangu, nah ini boleh (komentar), boleh tanya saya, apalagi kalau pelanggaran UU ya," pungkas Bambang Pacul.
Jajaran Partai Golkar telah menyambut kedatangan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di kantor DPP Partai Golkar, Jakarta Barat, dan resmi menjadikannya anggota partai.
Disebut bukan hanya Golkar yang ketiban pulung, Kang Emil begitu disapanya, juga akan menuai keuntungan.
"Dengan bergabungnya Kang Emil ke Golkar, dia menjadi vote getter, pemeroleh suara," ujar Direktur Riset Indonesia Political Research dan Consulting (IPRC), Leo Agustin kepada wartawan, Kamis (19/1/2023).
Â
Golkar Butuh Kekuatan
Dia mengungkapkan, Golkar butuh kekuatan untuk menambah suara di beberapa daerah. Sosok Kang Emil dinilai punya pengaruh di Jawa Barat, apalagi tokoh yang dikenal dekat dengan kelompok muda.
"Golkar harus mencari orang orang terbaik di daerah-daerah. Salah satu yang terbaik di Jabar adalah Kang Emil, dia bukan cuma dicintai oleh Ibu Ibu muda, tetapi juga pemuda dan pemilih milenial," jelas Leo.
Sementara itu, Kang Emil juga punya keuntungan sendiri bergabung dengan partai berlambang beringin. Golkar bisa jadi mesin baginya untuk kampanye bahkan mendongkrak keterpilihannya.
"Kang Emil perlu sandaran, mau tidak mau yang bisa mendukung beliau dalam berbagai kebijakan, baik di level lokal maupun nasional. Bukan hanya sandaran, Kang Emil membutuhkan mesin politik yang bisa mendongkrak suaranya," ujar Leo.
Misal jika tidak berlaga di Pilpres 2024, terbuka baginya untuk menyiapkan diri maju di Pilgub Jawa Barat 2024.
"Ada kesempatan beliau buka hanya menggunakan mesin partai Golkar untuk mengkampanyekan di level nasional, tetapi bisa untuk level provinsi," kata Leo.
Â
Advertisement